Status dan manipulasi terhadap
satu atau lebih zat gizimikro dalam tubuh akan mempengaruhi metabolism zat
gizimikro lainnya (Watts, 1997). Zat
gizimikro yang mungkin berinteraksi dengan besi dalam fungsinya pada sintesis
hemoglobin cukup banyak antara lain adalah asam folat, vitamin B¬12, vitamin A,
vitamin C, seng dan tembaga (Ronnenberg, 2000).
Interaksi besi dan folat adalah
peranan folat pada metabolism asam nukleat. Pada defisiensi folat akan
menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit yang pada gilirannya akan
menyebabkan gangguan dalam replikasi DNA dan proses pembelahan sel. Keadaan ini
akan mempengaruhi kinerja sel tubuh termasuk sel yang berperan dalam sintesis
hemoglobin (Mc Laren, 2002)
Defisiensi folat akan menyebabkan
gangguan metabolism DNA dan bila berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan DNA
dan gangguan ekspresi gen (Choi, 2000)
Dari sisi pandang eritopoisis,
defisiensi folat akan menyebabkan gangguan pematangan eritrosit, yang
menyebabkan munculnya sel darah merah dengan bentuk dan ukuran yang abnormal.
Kondisi ini disebut anemia megaloblastik. Keadaan ini akan mempengaruhi kinerja
seluruh sel tubuh termasuk sel yang berperan dalam pembentukan hemoglobin.
Biasanya defisiensi folat seiring dengan defisiensi besi. Pada populasi
defisiensi besi rendah maka prevalensi defisiensi folat juga rendah (Monge,
2001).
Peranan asam folat dalam proses
sintesis nukleo protein merupakan kunci pembentukan dan produksi butir-butir
darah merah normal dalam susunan tulang. Kerja asam folat tersebut banyak
berhubungan dengan kerja dari vitamin B12 (Winarno, 1997). Folat diperlukan
dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh yang melibatkan pemindahan satu unit
karbon dalam interkonversi asam amino misalnya konversi homosistein menjadi
metionin da serin menjadi glisin atau pada sintesis prekusor DNA purin
(Hoffbrand, 2005).
Asam folat berperan sebagai
koenzim dalam transportasi pecahan-pecahan karbon tunggal dalam metabolisme
asam amino dan sintesis asam nukleat. Bentuk koenzim ini adalah tetrahidrofolat
(THF) atau asam tetrahidrofolat (THFA) THFA beperan dalam sintesis purin-purin
guanin dan adenin serta pirimidin timin, yaitu senyawa yang digunakan dalam
pembentukan DNA dan RNA. THFA berperan dalam saling mengubah antara serin dan
glisin, oksidasi glisin, metilasi hemosistein menjadi metionin dengan vitamin
B12 sebagai kofaktor dan metilasi prekusor etanolamin menjadi vitamin kolin.
Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya. Asam folat berperan sebagai
pembawa karbon tunggal dalam pembentukan hem. Vitamin B12 diperlukan untuk
mengubah folat menjadi bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua
sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf
(Almatsier, 2008).
Seng merupakan trace element yang
paling banyak terdapat dalam tubuh manusia selain besi. Interaksi antara seng
dan besi telah dibuktikan oleh sejumlah penelitian pada hewan percobaan dan
manusia. Besi menghambat absorpsi Zn manakala keduanya diberikan dalam bentuk
anorganik (Lonnerdal, 1998).
Interaksi Zn dengan besi pertama
kali terjadi di usus. Zn berkompetisi dengan besi untuk dapat diserap di usus.
Bila Zn lebih banyak jumlahnya maka Zn akan diserap lebih banyak dibanding Fe.
Setelah diserap di usus, besi dan Zn akan dibawa oleh transferin ke darah,
jaringan, hati, dan sebagainya. Dalam keadaan normal transferin akan membawa
besi kurang dari 50%. Pada kasus kelebihan besi, transferin akan mengikat lebih
dari 50% besi yang akan mengakibatkan tempat ikatan untuk Zn tinggal sedikit,
sehingga Zn tidak bisa dibawa oleh transferin. Disamping itu asupan berlebihan
salah satu atau kombinasi trace element dapat menimbulkan defisiensi besi dan
akhirnya anemia (Watts, 1997).
Pemberian Zn dalam jangka lama
dapat menyebabkan defisiensi tembaga, dimana tembaga mempengaruhi aktivitas
peroksidase yang akan menghambat eritropoesis dan akhirnya menimbulkan anemia
(Lonnerdal, 1998)
Jika status Zn rendah, sintesa
dari RBP (Retinol Binding Protein) terganggu/berkurang. RBP ini berfungsi
membawa vitamin A dari cadangan ke jaringan yang membutuhkan. Selain itu, Zn
merupakan co-factor¬ dari enzim asam amino levulinic dehidratase untuk sintesis
transferin. Transferin berfungsi untuk membawa besi yang berasal dari makanan
yang diserap usus, dibawa oleh darah kemudian didistribusikan ke sum-sum tulang
dan jaringan yang membutuhkan.
Interaksi antara besi dan seng
berlangsung secara tidak langsung, peran seng dalam sintesi protein transferin
yaitu protein pengangkut besi, serta karena defisiensi seng juga menurunkan
sistem kekebalan dan dapat mengganggu metabolism besi (Nixon, 2000)
Hemoglobin tersusun atas molekul
porfirin besi, protein dan globin. Molekul porfirin (C¬20H14N4) tersusun atas 4
molekul pirol. Molekul porifin dengan bantuan enzyme heme sintetase atau
ferrochelatase aka mengikat molekul Fe2+ untuk selanjutnya membentuk heme.
Molekul protein globin merupakan molekul tetramer yang terdiri atas 4 subunit,
dimana tiap subunit terdiri atas rantai polipeptida. Dua rantai mempunyai
struktur yang identik yaitu α dan 2 rantai indentik lainnya adalah β.
Pemberian besi dalam bentuk
anorganik akan menurunkan konsentrasi Zn serum (O’Brien, 1999). Pemberian Zn
dalam bentuk anorganik akan menurunkan konsentrasi serum feritin. Zn dalam
bentuk senyawa anorganik dapat menghambat penyerapan besi dalam bentuk senyawa
anorganik (Yadrick, 1989).
Pemberian Zn dalam bentuk
anorganik dan Fe dalam bentuk organik nyata tidak mempengaruhi penyerapan Zn.
Begitu sebaliknya, pemberian Zn dalam bentuk organik dan Fe dalam bentuk
anorganik nyata tidak mempengaruhi penyerapan Zn (Solomons, 1981).
Adanya ligan dalam makanan
penyerapan Zn tidak dipengaruhi oleh konsentrasi besi. Besi dan Zn tidak
berkompetisi untuk mendapatkan tempat ikatan transferin pada permukaan usus,
karena Zn diserap kemudian diikat oleh albumin (Lonnerdal, 1998).
0 komentar:
Posting Komentar